10 Kebohongan Dibalik Bisnis MLM (Multi Level Marketing)
Sebelum anda memutuskan untuk bergabung dengan MLM (Multi Level Marketing) yang menawarkan
produk, janji, propaganda, mimpi yang indah, kekayaan, kenyaman hidup,
prestise, kemewahan, tamasya, kendaraan mewah, penghasilan yang
luarbiasa, tamasnya keliling dunia, dan lain-lain. Ada baiknya anda
simak 10 kebohongan dibalik Bisnis MLM (Multi Level Marketing) berikut.
Kebohongan No. 1:
MLM adalah bisnis yang
menawarkan kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan banyak uang
dibandingkan dengan bisnis lain maupun pekerjaan lain.
Kebenaran:
Bagi
hampir semua orang yang menanamkan uang, MLM (Multi Level Marketing)berakhir dengan hilangnya
uang. Kurang dari 1% distributor MLM mendapatkan laba dan mereka yang
mendapatkan pendapatan seumur hidup dalam bisnis ini persentasenya jauh
lebih kecil lagi. Cara pemasaran dan penjualan yang tidak lazim menjadi
penyebab utama kegagalan ini. Namun, kalau toh bisnis ini lebih
berkelayakan, perhitungan matematis pasti akan membatasi terjadinya
peluang sukses tersebut. Tipe struktur bisnis MLM hanya dapat menopang
sejumlah kecil pemenang. Jika seseorang memerlukan downline sejumlah
1000 orang agar dia memperoleh pendapatan seumur hidup, maka 1000 orang
downline tadi akan memerlukan sejuta orang untuk bisa memperoleh
kesempatan yang sama. Jadi, berapa orang yang secara realistis bisa
diajak bergabung? Banyak hal yang tampak sebagai pertumbuhan pada
kenyataannya adalah pengorbanan distributor baru secara terus-menerus.
Uang yang masuk ke kantong elite pemenang berasal dari pendaftaran para
pecundang. Dengan tidak adanya batasan jumlah distributor di suatu
daerah dan tidak ada evaluasi tentang potensi pasar, sistem ini dari
dalamnya sudah tidak stabil.
Kebohongan No. 2:
Network
marketing (pemasaran mengandalkan jaringan) adalah cara baru yang
paling populer dan efektif untuk membawa produk ke pasar.Konsumen
menyukai membeli produk dengan cara door-to-door.
Kebenaran:
Jika
anda mengikuti aktivitas andalan MLM berupa penjualan keanggotaan
secara terus-menerus dan mengamati hukum dasarnya, yakni penjualan
eceran satu-satu ke konsumen, anda akan menemukan sistem penjualan yang
tidak produktif dan tidak praktis. Penjualan eceran satu-satu ke
konsumen merupakan cara kuno, bukan trend masa depan. Penjualan secara
langsung satu-satu ke teman atau saudara menuntut seseorang untuk
mengubah kebiasaan belanjanya secara drastis.
Seseorang pasti
mendapatkan bahwa pilihannya terbatas, kerap kali membayar lebih mahal
untuk sebuah produk, membeli dengan tidak nyaman, dan dengan kagok
mengadakan transaksi bisnis dengan teman dekat atau saudara.
Ketidak-layakan (unfeasibility) penjualan door-to-door inilah yang
menjadi alasan kenapa pada kenyataannya MLM merupakan bisnis yang
terus-terusan menjual kesempatan menjadi distributor.
Kebohongan No. 3:
Di
suatu saat kelak, semua produk akan dijual dengan model MLM. Para
pengecer, mall, katalog, dan sebagian besar pengiklanan akan mati karena
MLM.
Kebenaran:
Kurang
dari 1% dari keseluruhan penjualan dilakukan melalui MLM dan banyak
volume dari penjualan ini terjadi karena pembelian oleh para distributor
baru yang sebenarnya membayar biaya pendaftaran untuk sebuah bisnis
yang selanjutnya akan dia tinggalkan. MLM tidak akan menggantikan
cara-cara pemasaran yang sekarang ada. MLM sama sekali tidak bisa
menyaingi cara-cara pemasaran yang lain. Namun yang lebih pasti, MLM
melambangkan program investasi baru yang meminjam istilah pemasaran dan
produk. Produk MLM yang sesungguhnya adalah keanggotaan (menjadi
distributor) yang dijual dengan cara menyesatkan dan membesar-besarkan
janji mengenai pendapatan. Orang membeli produk guna menjaga posisinya
pada sebuah piramid penjualan. Pendukung MLM senantiasa menekankan bahwa
anda dapat menjadi kaya, jika bukan karena usaha keras anda sendiri
maka kekayaan itu berasal dari seseorang yang tidak anda kenal yang
mungkin akan bergabung dengan downline anda, atau istilah orang MLM “big
fish”. Pertumbuhan MLM adalah perwujudan bukan dari nilai tambahnya
terhadap ekonomi, konsumen, maupun distributor, namun lebih merupakan
perwujudan dari tingginya ketakutan ekonomi dan perasaan tidak aman
serta meningkatnya impian untuk menjadi kaya dengan mudah dan cepat. MLM
tumbuh dengan cara yang sama dengan tumbuhnya perjudian dan lotere.
Kebohongan No. 4:
MLM
adalah gaya hidup baru yang menawarkan kebahagiaan dan kepuasan. MLM
merupakan cara untuk mendapatkan segala kebaikan dalam hidup.
Kebenaran:
Daya
tarik paling menyolok dari industri MLM sebagaimana yang disampaikan
lewat iklan dan presentasi penarikan anggota baru adalah ciri
materialismenya. Perusahaan-perusahaan besar Fortune 100 akan tumbang
sebagai akibat dari janji-janji kekayaan dan kemewahan yang disodorkan
oleh penjaja MLM. Janji-janji ini disajikan sebagai tiket menuju
kepuasan diri. Pesona MLM yang berlebihan mengenai kekayaan dan
kemewahan bertentangan dengan aspirasi sebagian besar manusia berkaitan
dengan karya yang bernilai dan memberikan kepuasan untuk sesuatu yang
menjadi bakat dan minatnya. Singkatnya, budaya bisnis MLM membelokkan
banyak orang dari nilai-nilai pribadinya dan membelokkan aspirasi
seseorang untuk mengekspresikan bakatnya.
Kebohongan No. 5:
MLM adalah gerakan spiritual.
Kebenaran:
Peminjaman
konsep spiritual (kerokhanian) seperti kesadaran akan kemakmuran dan
visualisasi kreatif untuk mengiklankan keanggotaan MLM, penggunaan
kata-kata seperti “komuni” untuk menggambarkan kelompok penjualan, dan
klaim bahwa MLM merupakan pelaksanaan prinsip-prinsip Kristiani atau
ajaran-ajaran Injili adalah penyesatan besar dari ajaran-ajaran rokhani.
Mereka yang memusatkan harapan dan impiannya pada kekayaan dalam
doa-doanya jelas kehilangan pandangan akan spiritualitas murni
sebagaimana yang diajarkan oleh semua agama yang dianut umat manusia.
Penyalahgunaan ajaran-ajaran spiritual ini pastilah pertanda bahwa
penawaran investasi MLM merupakan penyesatan. Jika sebuah produk dikemas
dengan bendera atau agama tertentu, waspadalah! “Komunitas” dan
“dukungan” yang ditawarkan oleh organisasi MLM kepada anggota baru
semata-mata didasarkan pada belanjanya. Jika pembelanjaan dan
pendaftarannya menurun, maka menurun pula “komuni” tersebut.
Kebohongan No. 6:
Sukses
dalam MLM itu mudah. Teman dan saudara adalah prospek. Mereka yang
mencintai dan mendukung anda akan menjadi konsumen anda seumur hidup.
Kebenaran:
Komersialisasi
ikatan keluarga dan persahabatan yang diperlukan bagi jalannya MLM
adalah unsur penghancur dalam masyarakat dan sangat tidak sehat bagi
mereka yang terlibat. Mencari keuntungan dengan memanfaatkan ikatan
keluarga dan kesetiakawanan sahabat akan menghancurkan jiwa sosial
seseorang. Kegiatan MLM menekankan pada hubungan yang mungkin tidak akan
bisa mengembalikan pertalian yang didasarkan atas cinta, kesetiaan, dan
dukungan. Selain dari sifatnya yang menghancurkan, pengalaman
menunjukkan bahwa hanya sedikit sekali orang yang menyukai atau
menghargai suasana dirayu oleh teman atau saudara untuk membeli produk.
Kebohongan No. 7:
Anda
dapat melakukan MLM di waktu luang. Sebagai sebuah bisnis, MLM
menawarkan fleksibilitas dan kebebasan mengatur waktu. Beberapa jam
seminggu dapat menghasilkan tambahan pendapatan yang besar dan dapat
berkembang menjadi sangat besar sehingga kita tidak perlu lagi bekerja
yang lain.
Kebenaran:
Pengalaman
puluhan tahun yang melibatkan jutaan manusia telah menunjukkan bahwa
mencari uang lewat MLM menuntut pengorbanan waktu yang luar biasa serta
ketrampilan dan ketabahan yang tinggi. Selain dari kerja keras dan
bakat, MLM juga jelas-jelas menggerogoti lebih banyak wilayah kehidupan
pribadi dan lebih banyak waktu. Dalam MLM, semua orang dianggap prospek.
Setiap waktu di luar tidur adalah potensi untuk memasarkan. Tidak ada
batas untuk tempat, orang, maupun waktu. Akibatnya, tidak ada lagi
tempat bebas atau waktu luang begitu seseorang bergabung dengan MLM.
Dibalik
selubung mendapatkan uang secara mandiri dan dilakukan di waktu luang,
sistem MLM akhirnya mengendalikan dan mendominasi kehidupan seseorang
dan menuntut penyesuaian yang ketat pada program-programnya. Inilah yang
menjadi penyebab utama mengapa begitu banyak orang tenggelam begitu
dalam dan akhirnya menjadi tergantung sepenuhnya kepada MLM. Mereka
menjadi terasing dan meninggalkan cara-cara hubungan yang lain.
Kebohongan No. 8:
MLM adalah bisnis baru yang positif dan suportif mendukung) yang memperkuat jiwa manusia dan kebebasan pribadi.
Kebenaran:
MLM
sebagian besar berjalan karena adanya ketakutan. Cara perekrutan selalu
menyebutkan ramalan akan runtuhnya model-model distribusi yang lain,
runtuhnya kekokohan ekonomi Amerika, dan sedikitnya kesempatan di bidang
lain (profesi atau jasa). Profesi, perdagangan, dan usaha konvensional
terus-menerus dikecilkan artinya dan diremehkan karena tidak menjanjikan
“penghasilan tak terbatas”. Menjadi karyawan adalah sama dengan
perbudakan bagi mereka yang “kalah”. MLM dinyatakan sebagai tumpuan
terbaik terakhir bagi banyak orang. Pendekatan ini, selain menyesatkan
kerapkali juga menimbulkan dampak menurunkan semangat bagi orang yang
ingin meraih kesuksesan sesuai visinya sendiri tentang sukses dan
kebahagiaan. Sebuah bisnis yang sehat tidak akan menunjukkan
keunggulannya dengan menyajikan ramalan-ramalan buruk dan
peringatan-peringatan menakutkan.
Kebohongan No. 9:
MLM merupakan pilihan terbaik untuk memiliki bisnis sendiri dan mendapatkan kemandirian ekonomi yang nyata.
Kebenaran:
MLM
bukanlah self-employment (usaha mempekerjakan sendiri) yang sejati.
“Memiliki” keanggotaan distributor MLM hanyalah ilusi. Beberapa
perusahaan MLM melarang anggotanya memiliki keanggotaan MLM lain. Hampir
semua kontrak MLM memungkinkan dilakukannya pemutusan keanggotaan
dengan gampang dan cepat. Selain dari putus kontrak, downline dapat
diambil alih dengan berbagai alasan. Keikutsertaan dalam MLM menuntut
orang untuk meniru model yang ada secara ketat, bukannya kemandirian dan
individualitas. Distributor MLM bukanlah pengusaha (enterpreneur),
namun hanya pengikut pada sebuah sistem hirarki yang rumit di mana
mereka hanya punya sedikit kendali.
Kebohongan No. 10:
MLM bukan program piramid karena ada produk (barang) yang dijual.
Kebenaran:
Penjualan
produk sama sekali bukan penangkal bagi MLM untuk lolos dari
undang-undang anti program piramid, juga bukan jawaban atas tuduhan
tentang praktek perdagangan yang tidak sehat (unfair) sebagaimana
dinyatakan dalam undang-undang negara bagian maupun federal. MLM bisa
menjadi bisnis yang legal jika sudah memenuhi prasyarat tertentu yang
sudah ditetapkan oleh FTC (Federal Trade Commission) dan Jaksa Agung
negara bagian. Banyak MLM jelas-jelas melanggar ketentuan tersebut dan
sementara ini tetap beroperasi karena belum ada yang menuntut. Ketentuan
pengadilan baru-baru ini menetapkan angka 70% untuk menentukan
legalitas MLM. Maksudnya, minimal 70% produk yang dijual MLM harus
dibeli oleh konsumen non-distributor. Ketentuan ini tentu saja akan
membuat hampir semua MLM masuk kategori melanggar hukum. Para pelaksana
MLM terbesar mengakui bahwa mereka hanya menjual 18% produknya ke
non-distributor.
10 Kebohongan Besar Dibalik Bisnis MLM (Multi Level Marketing)
Bisnis
MLM tumbuh dan perusahan-perusahaan MLM pun bermunculan.Kegiatan
penarikan anggota ada di mana-mana. Akibatnya, terkesan seolah-olah
bisnis ini merupakan gelombang bisnis masa depan, model bisnis yang
sedang mendapatkan momentum, semakin banyak diterima dan diakui secara
legal, dan sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para penggagasnya,
MLM akan menggantikan sebagian besar model pemasaran dan penjualan jenis
lain. Banyak orang menjadi percaya dengan pengakuan bahwa keberhasilan
dapat diperoleh siapa saja yang secara setia mengikuti sistem ini dan
menerapkan metode-metodenya, dan bahwa pada akhirnya semua orang akan
menjadi distributor MLM.
Dengan pengalaman selama 14 tahun
di bidang konsultan korporat untuk bidang distribusi dan setelah lebih
dari 6 tahun melakukan riset dan menulis mengenai MLM, saya berhasil
mengumpulkan informasi, fakta, dan masukan-masukan yang menunjukkan
bahwa bisnis MLM pada dasarnya adalah kebohongan pasar bebas. Hal ini
bisa dianalogikan dengan menyebut pembelian tiket lotere sebagai “usaha
bisnis” dan memenangkan hadiahnya sebagai ” pendapatan seumur hidup bagi
siapa saja”. Validitas pernyataan industri MLM tentang potensi
pendapatan si distributor, penjelasannya yang mengagumkan tentang model
bisnis jaringan, dan pengakuannya tentang penguasaan dalam distribusi
produk adalah persis seperti validitas penampakan makhluk UFO.
Legalitas
sistem MLM hanya didasarkan pada sebuah keputusan pada tahun 1979 untuk
satu perusahaan. Petunjuk pelaksanaan secara legal yang dikemukakan
dalam keputusan tersebut secara terus-menerus diabaikan oleh pelaku
industri MLM. Kurangnya aturan maupun pemantauan oleh pihak yang
berwenang juga menjadi sebab kenapa industri ini tetap bertahan walaupun
ada beberapa tuntutan oleh Jaksa Agung negara bagian maupun Komisi
Perdagangan Federal.
Prestasi ekonomi MLM selalu ditandai dengan angka kegagalan yang tinggi dan kerugian finansial bagi jutaan orang.
Struktur
MLM, di mana posisi pada rantai penjualan yang tak berujung dicapai
dengan cara menjual atau membeli barang, secara matematis tidak bisa
dipertahankan. Juga, system MLM yang memungkinkan direkrutnya
distributor dalam jumlah tak terbatas dalam suatu kawasan pemasaran
jelas-jelas tidak stabil. Bisnis inti MLM, yakni penjualan langsung,
berlawanan dengan trend dalam teknologi komunikasi yakni distribusi yang
cost-effective (berbiaya rendah), dan ketertarikan membeli pada pihak
konsumen. Kegiatan penjualan secara eceran dalam MLM pada kenyataannya
merupakan topeng dari bisnis utamanya, yaitu menggaet pemilik uang
(investor) ke dalam organisasi pyramid yang menjanjikan pertumbuhan
pendapatan yang berlipat-ganda.
Sebagaimana pada semua
program piramid, pendapatan para distributor di posisi puncak dan
keuntungan para perusahaan pemberi sponsor berasal dari masuknya para
investor (penanam uang) baru secara terus-menerus di tingkat bawah. Jika
dilihat secara kasar dari segi keuntungan perusahaan dan kekayaan
kelompok elite di posisi puncak, model MLM akan tampak seolah-olah tidak
akan ada matinya bagi, persis seperti program pyramid sebelum akhirnya
tumbang atau dituntut oleh pihak berwenang. Konstituen atau penopang
utama industri MLM bukanlah publik konsumen namun para penanam uang yang
menaruh harapan.
Pasar bagi para penanam uang ini tumbuh
subur di saat-saat terjadinya perubahan ekonomi, globalisasi, dan PHK
karyawan. Janji-janji tentang perolehan finansial dengan mudah serta
kaitan antara kekayaan dengan kebahagiaan tertinggi juga berperan besar
dalam kondisi pasar ini. Karenanya, arah pemasaran MLM ditujukan
terutama kepada calon (prospek) distributor, bukannya berupa promosi
produk ke para pembeli. Produk MLM yang sesungguhnya bukanlah jasa SLJJ,
vitamin, atau krim kulit, namun program investasi bagi para distributor
yang secara menyesatkan digambarkan dengan pendapatan tinggi,
penggunaan waktu sedikit, modal kecil, dan sukses dalam waktu singkat.
Ditulis oleh:
Robert
L. Fitzpatrick is co-author with Joyce K. Reynolds of the newbook,
False Profits: Seeking Financial and Spiritual Deliverance in
Multi-Level Marketing and Pyramid Schemes, published by Herald Press in
Charlotte, NC ISBN: 0-9648795-1-4)
Sekian dulu artikel kali ini tentang Kebohongan Bisnis MLM (Multi Level Marketing) Yang Harus Anda Ketahui
Silahkan Koment dengan Positif, jangan emosi, Karena jika anda emosi, maka pernyataan ini BENAR.
0 comments:
Posting Komentar